Wednesday, 27 February 2013

rabu, aku menyukaimu

aku suka rabu. rabu bebas rabu tidak ada kemungkinan bertemu denganmu. rasanya hariku bebas. tawa lepas, dan aku bahkan bisa beristirahat.

aku tidak memghindarimu. aku hanya tidak tahu bagaimana harus bersikap kepadamu. semenjak kejadian dulu, bukankah kita sudah kembali normal? setidaknya, begitu lah menurutku. aku sudah bersikap biasa saja kepadamu, mencoba biasa saja dan tidak melibatkan perasaan saat aku bertemu atau melihatmu. tapi menurutku, kau belum bisa. atau entahlah,. hanya saja itu sedikit membuatku bingung bagaimana harus bersikap.

lalu aku mengatakannya kepadamu. ya, ada komunikasi di antara kita dan aku ingin tidak akan ada lagi salah paham atau hal semacamnya. lalu kau mulai bersikap menjengkelkan dan itu membuatku sebal. tapi, seperti biasa, aku bersikap biasa lagi. dan apa yang terjadi? kau menghindar. responmu bahkan berlebihan setiap kau tidak sengaja membuat kesalahan remeh kepadaku, seperti menginjak bayanganku di tanah. sangat berlebihan, hingga kau mengira dengan hanya salah langkah di bawah terik matahari dan aku akan memasang papan dada bertuliskan "I HATE YOU".

kau tahu, kau perlu sedikit lebih rileks. tapi buat apa aku memikirkan hal ini? toh yang ada di antara kita hanya salah paham lagi dan lagi. bahkan dengan aku menuliskan ini di sini, kau mungkin akan serta merta berasumsi "SHE HATES ME!" dan bereaksi berlebihan seperti biasa. dan aku sudah tidak peduli. hidup mengajarkanku untuk tidak memusingkan hal-hal di luar kendali ku. aku tidak peduli kau atau dia atau siapa pun berbicara apa saja tentangku di belakangku. 

jadi, tidakkah jelas mengapa aku menyukai rabu? ya, aku tidak pernah bertemu denganmu di hari rabu. bukan aku membencimu, atau menghindarimu. hanya saja akan lebih nyaman jika kita tidak bertemu. karena kalau kita bertemu, hanya akan ada salah pahan yang terjadi. 

rabu, aku menyukaimu.

Tuesday, 26 February 2013

pencopetan? sudah biasa

belasan tahun tinggal di ibu kota membuatku hafal sebagian besar trik dan taktik yang sering digunakan. salah satunya ialah modus pencopetan. bagi warga jakarta, sudah menjadi hal yang biasa terjadi tindak kriminal. ya, padatnya penduduk, lahan pekerjaan yang kurang dan sederet masalah ekonomi dan fasilitas yang tidak memadai menjadi faktor utama terjadinya tindak kriminal di ibu kota.

hari ini aku akan bertemu dengan temanku di salah satu mall di kawasan jakarta barat. dari rumah, aku menaiki sebuah angkutan umum berwarna biru--mereka menyebutnya mikrolet. tujuan perhentianku dekat, dan kebetulan aku satu-satunya penumpang yang ada. jadi aku membiarkan tas ranselku tetap tersandang di bagian punggungku dan aku duduk menghadap depan--di mana seharusnya yang benar menghadap samping kanan.

mikrolet berhenti sebentar di bagian bawah fly over dan dua orang laki-laki--seorang laki-laki paruh baya dan seorang laki-laki muda--menaiki mikrolet. laki-laki paruh baya duduk di bagian paling belakang mikrolet, sebaris denganku yang duduk dekat dengan pintu, sementara laki-laki muda duduk di hadapanku. mereka saling mengenal rupanya--aku menyadari saat mereka mengobrol/. aku sama sekali tidak terusik dengan kehadiran mereka. lagipula, sebentar lagi aku akan sampai di tujuanku. namun kewaspadaanku tidak hilang meskipun aku sudah hampir dua tahun tinggal di luar kota jakarta. setiap kali aku kembali ke ibu kota, kewaspadaanku menjadi dua kali lipat daripada di kota lain.

aku bermaksud melihat sisi jalan sebelah kananku ketika aku melihat dari ekor mataku tangan laki-laki paruh baya terentang di jendela mikrolet. aku menoleh yang menurutku tidak terlalu ketara, lalu ia berkata,"dek, tasnya kebuka nih dek, aduh." dan aku menoleh dengan santai untuk mendapati bagian depan tasku terbuka sedikit. aku memutar bola mataku--yang aku yakin tidak siapa pun di situ mengetahuinya kecuali aku dan Tuhan-- lalu merapatkan ritsleting tasku. semenit kemudian aku sampai di tujuanku dan turun. 

oh, ya ampun. aku tahu taktik itu. aku bisa membedakan mana orang yang benar-benar mendapati tas penumpang terbuka atau setengah terbuka dan mana yangt memang sengaja ingin membuka tapi gagal mengambil sesuatu. aku hafal betul itu. 

aku menyebrangi jalan raya dan memutuskan untuk tidak bepergian dengan bus transjakart karena kebetulan halte bus transjakarta agak jauh dengan mall yang kutuju. aku melangkah cepat dan menaiki mini bus--mereka menyebutnya kopaja. dengan kewaspadaan yang masih stabil, aku memilih duduk yang menurutku aman. tiga tahun terbiasa menaiki kopaja yang terkenal dengan banyaknya pencopet membuatku terlatih menaiki kopaja mana pun. enam tahun terbiasa menaiki angkutan umun jakarta yang penuh sesak dan rawan kriminalitas membuat tingkat kewaspadaan yang kumiliki cukup tinggi. bagaimana pun, aku tidak boleh takabur. aku tetap harus waspada di mana pun aku berada.

tidak ada hal aneh yang terjadi, atau pun hal yang menarik. well, kecuali seorang mahasiswa tampan yang kupersilakan duduk di sampingku sebelum akhirnya ia turun sebelum aku sampai di mall yang aku tuju. ya, selektif dalam memilih teman duduk merupakan salah satu bentuk pertahananku. aku biasanya duduk dibagian luar dari dua bangku yang ada, dan apabila penumpang yang mungkin akan membuatku merasa tidak nyaman masuk, aku tidak akan bergeser sementara yang tidak, aku akan begeser, mempersilakannya duduk.

aku sampai ke mall yang kutuju dan menghabiskan empat jam berikutnya bersama temanku. siang hari, aku pulang, menaiki kopaja yang sama. dan jangan kira untuk mendapatkannya tidka butuh usaha. pertama, aku harus menyebrangi di jembatan penyebarangan yang di beberapa bagian sudah tidak nyaman untuk dilalui. kedua, aku harus menyebrang ke bagian jalan dari fly over, tanpa zebra cross. lalu, aku harus menunggu di bawah terik matahari selama belasan menit. setelah itu, aku harus melangkahi semacam pembatas fly over rendah untuk bisa menggapai kopaja yang aku tuju.

oh, astaga. kau boleh tertawa atu meledekku atau bahkan menghakimiku. sejujurnya, aku pun malu menjadi warga yang tidak taat sementara aku termasuk warga yang terpelajar dan seharusnya menjadi agen perubahan. tapi ketahuilah, bahkan aku lebih memilih hal konyol itu ketimbang berjalan jauh menuju halte buss way. bisakah ini menjadi pembelaan? entahlah, aku juga tidak ingin membela diri. baiklah, lupakan. fokus kita ada di hal lain.

jadi, aku memilih duduk di bagian dekat pintu, sayap kiri. aku di bagian luar sementara di bagian dalam ada seorang wanita berumur 20-an. awalnya aku tidak terlalu memperhatikan penumpang-penumpang di dalam kopaja itu. selain aku sibuk menghapus peluh yang ada di wajahku--astaga, maskara ku luntur!--supir kopaja menyetir dengan ugal-ugalan. lagi-lagi, ini adalah hal yang biasa. ingat, kau harus ekstra hati-hati saat bepergian dengan kopaja apa pun. naik dengan kaki kanan terlebih dahulu dan turun dengan kaki kiri terlebih dahulu. jika kau terpaksa harus berdiri di dalam kopaja, peganglah bagian atas dan bukalah langkahmu sedikit lebih besar dari bahumu.

jadi, masih beberapa ratus meter dari tempatku naik, nbeberapa penumpang. terlihat riweuh (tanyakan kepada orang sunda apa artinya) di depanku. aku hanya ingat melihat dua wanita muda, dua orang laki-laki muda dan dua orang pelajar berdiri di dekat pintu. semuanya bersiap untuk turun, atau begitulah yang kuduga. ketika kopaja akhirnya berhenti, mereka turun. dan ada beberapa hal yang kulewatkan. aku mulai menyadarinya saat aku melihat seorang laki-laki muda tidak ikut turun. ia malah seolah terlihat seperti mendorongkan tas ranselnya yang diletakan di depan kepada seorang wanita muda yang ada di depannya. aku mulai bingung. terlebih saat mendapati ia duduk di bagian samping depanku dan laki-laki muda yang lainnya duduk di belakanganya--di sampingku, sayap kanan. aku melihat mereka mengobrol tapi terlalu bising untuk bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. dan ya, ada satu lagi laki-laki muda yang duduk di bagian depan. nampaknya ia naik sewaktu beberapa penumpang turun.

tanpa kuduga, laki-laki yang berada di sampingku pindah ke bagian belakang. radarku menyala dan alarmku berbunyi. aku meningkatkan kewaspadaanku dua kali lipat. aku belum punya bukti kuat, tapi aku yakin mereka berdua pencopet. suudzan? mungkin saja, dan aku tahu itu tidak boleh. tapi di sini kita bicara mengenai kewaspadaan.

aku mulai gusar. tapi percayalah, aku bisa berpoker face ria. aku bisa menampilkan ekspresi datarku di saat saat tertentu hingga orang tidak mengira apa yang kurasakan sebenarnya. jadi, dengan poker face dan sunglasses yang kupakai, gerak-gerik ku aman. aku memperhatikan mereka yang nampaknya mereka tidak sadar karena mataku terbingkai sunglasses berwarna merah. aku meras beruntung menggunakannya. bukan untuk bergaya atau semacamnya, tapi untuk kebutuhan. mataku memang belakangan ini agak sensitif dengan debu dan jadilah aku memakai sunglasses sebulan ini jika aku berada di kota metropolitan jakarta yang penuh dengan polusi udara. dan lihat saja, ada nilai plus lain. gerak-gerikku sulit ditebak.

aku semakin yakin mereka pencopet. wanita muda di sebelahku sepertinya menangkap kegusaranku karena ia tertular. ia sedikit gusar dan menoleh ke sayap kanan. beberapa menit kemudian, ia kembali memperhatikan jalan dan bersiap turun. nampaknya sebentar lagi kopaja akan sampai di tujuannya. ia bangkit dan berdiri di depan pintu. dan aku melihat laki-laki dengan tas ransel di depan bangkit dan berdiri di belakangnya. seperti aku sudah paham skenarionya, aku sudah menduga laki-laki temannya tadi menyusul ke bagian pintu. dan satu hal yang tidak aku kira: laki-laki muda yang duduk di bagian depan--yang aku kira penumpang yang baru saja naik-- ikut bergabung. MEREKA TENGAH MELAKUKAN AKSI PENCOPETAN TEPAT DI DEPANKU!

aku melihat bagaimana laki-laki pertama--laki-laki dengan tas ransel di depan--menggunakan tas ranselnya untuk menutupi tangannya yang merogoh ke dalam tas lengan wanita muda itu. sementara laki-laki muda kedua berdiri menutupi jalan, menutupi aksi temannya dari penumpang lainnya. dan laki-laki ketiga? aku tidak menemukan perannya yang signifikan. mungkin ia menutupi aksi dari sang supir. 

aku gemas. aku tidak bisa berbuat apa-apa. beberapa pencopet membekali dirinya dengan senjata tajam, terlepas itu akan digunakan atau hanya sebagai gertakan. tapi toh aku tidak ingin mengambil resiko membahayakan nyawa kami para penumpang. pengalaman dari seorang temanku yang menyaksikan pencopetan di dalam mikrolet di depan matanya dan ia terpaksa bungkam karena salah satu pencopet menatapnya dan mengarahkan pisau ke perut temannya--tanpa sang teman ketahui. jadi, aku memilih diam. atau mungkin, terpaksa diam.

kusadari mereka sepertinya tidak membawa senjata tajam tapi aku telat. mereka sudah bubar dan wanita muda itu telah sampai di tujuannya. pikiran singkatku, mereka tidka mendapatkannya. maksudku, bukankah biasanya barang berharga diletakan di bagian dalam tas? bukankah susah untuk mendapatkannya?

dan ternyata aku salah. laki-laki pertama berhasil mendapatkan sebuah dompet berwarna merah. aku melihatnya duduk kembali di tempatnya, demikian juga dengan dua laki-laki lainnya. selang lima menit kemudian, seorang wanita muda lainnya yang duduk di bagian depan bersama seorang laki-laki muda, bangkit. sontak ketiga laki-laki itu berdiri. aku merasa iba kepada wanita ini, juga wanita sebelumnya. aku berpikir keras hal apa yang bisa kulakukan. apa aku turun di sekitar sini saja? tapi ini masih jauh dari tujuanku. 

kulihat sekilas keadaan di dalam kopja. sudah sangat sepi. hanya ada empat wanita di situ: aku, wanita muda ini dan dua orang ibu-ibu. aku sibuk mengambil keputusan untuk ikut turun atau tidak. kalau aku turun, aku bisa saja secara sengaja atau tidak sengaja mengagalkan operasi mereka dan aku bisa terbebas dari mereka. tapi resikonya, bisa jadi aku yang dicopet saat bersiap turun. kalau aku tetap, bisa jadi aku korban selanjutnya dan lebih parah. aku bingung. sangat bingung.

dalam kebingunganku, mereka belum juga beraksi. aku jadi bertanya-tanya, apakah mereka mengetahui kalau aku tahu. mereka berdiri dengan ada jarak dengan wanita muda itu dan laki-laki yang duduk bersamanya yang kukira teman atau pacarnya, nampaknya bahkan tidak mengenalnya. ia hanya duduk di bangku, tidak bergeming.

kopaja berhenti dan sang wanita muda turun. di luar dugaan, ketiga laki-laki itu ikut turun. apa mereka menyerah dan ingin menaiki kopaja yang lain? satu hal lain yang mengusikku: laki-laki keempat ikut turun. mungkinkah ia bagian dari mereka? jadi, mereka berempat, bukan bertiga? untuk bagian itu, aku tidak tahu. dan apakah mereka menaiki kopaja yang lain atau berisitirahat sejenak atau malah membututi wanita tadi dan berniat menyopetnya di jalan, aku tidak tahu.bagaimana pun, aku berharap wanita itu akan baik-baik saja, begitu pula aku.

aku sampai tempat tujuanku dan kembali menaiki mikrolet. aku melihat sekilas isi mikrolet yang penuh dan setelah yakin aman, aku membuka tasku untuk mengecek barang-barangku. masih lengkap. aku bersyukur aku menggunakan tas ransel dengan penutup model serut dengan tali sepatu jadi agak sulit dan membutuhkan waktu untuki membukanya ketimbang membuka ritsleting. Tuhan masih melindungiku dan Tuhan akan menggantikan barang mereka dengan yang lebih baik. aku yakin akan hal itu.

hal yang membuatku terpukau ialaha betapa profesionalnya cara mereka. percayalah, kau tidak akan menyadari saat mereka mmebuka ritsleting tas mu atau pun merogoh tas mu. karena itu, wapadalah. tidka hanya di ibu kota, tapi di semua kota. dan lagi-lagi, pencopetan di ibukota sudah biasa.
 


rantai

memutuskan rantai setan.

itulah yang kukatakan kepada teman-teman seangkatanku. kukatakan jika kita ingin memperbaiki, kita harus memutuskan rantai setan yang sudah ada jauh sebelum kita berada di sini. aku tahu tidak mudah, dan aku lupa bagaimana dulu aku yakin bahwa kami bisa melakukannya. entah berbekal dari mana aku berkeyakinan seperti itu dulu. ketahuilah, pada kenyataannya itu tidak udah.

lebih dari enam bulan yang lalu, ketika aku pertama kali menyadari bagian mana yang menjadi rantai setan. bals dendam kepada adik kelas, terutama di tingkat lebih bawah. kau boleh memanggilku gadis paling sok tahu sedunia atau kau bisa mengatakan aku salah mutlak, tapi toh aku tetap diperbolehkan menganalisis bukan? tidak ada yang melarang dan seharusnya memang tidak akan pernah ada larangan semacam itu. aku menganalisa sedikit, berdasarkan pengetahuanku waktu itu yang sangat minim. dan itulah hasilnya.

begini. ada perasaan seperti merasa dimanfaatkan oleh angkatan satu tingkat di atas. rasa ditelantarkan, diberi beban yang tidak seharusnya untuk anak baru, dan macam-macam perasaan negatif lainnya yang mungkin dirasakan. lalu dampaknya, kekurangsukaan kepada angkatan satu tingkat di atas, dan rasa ingin melakukan hal yang sama untuk angkatan satu tingkat di bawah.

banyak hal yang menyakinkanku akan asumsiku. dan aku dengan pongah mengatakan kepada teman-teman seangkatanku,"kita putus saja rantai setannya. kita cukup merasakan, tapi jangan biarkan bagian kebwah dan seterusnya merasakan. kita yang harus berbesar hati." pada kenyataannya, sangat suloit memutuskan rantai itu. dan pada akhirnya, aku merasa, untuk apa aku berusaha lagi? mengapa tidak aku keluar saja dari segala kepenatan ini tanpa terkontaminasi rantai setan ini lebih jauh?

i want you so bad

how many times you have crossed my mind? i don't know. i don't even remeber the first time i started thinking about you. i just...see you. maybe at that time i just looked away and you crossed on my way. so, you just an accident? not really, i think.

you know what crazy thing? i want you so bad! call me crazy, call me silly, but yes, i want you. i think i don't love you, at least for this time. but i want you to be mine. not this time, maybel later. and i know that we can't be together now. i just know it, without knowing the reasons is. just my feeling, i guess. i want you and i are together later, forever.

what? did i just said 'forever'? what's wrong with me? am i falling in love? no. i don't even feel my heart beats everytime i see him or think about him. there's no butterfly on my stomach when i talk to him. i just feel ordinary feeling with him. i'm not falling in love. a absolutely positive about it.

but, i want you so bad...

ada sesuatu

ada sesuatu dalam dirimu. mungkin banyak, tapi bagiku itu sesuatu. sesuatu yang menjadi dasar dari semuanya. sesuatu yang membuatku tidak bisa berpaling darimu. sesuatu yang membuatku selalu melihatmu dari jauh dan tidak berniat mengusik hidupmu. sesuatu yang membuatku memikirkanmu bahkan di saat aku tidak sedang berada di dekatmu. sesuatu yang aku tidak tahu apa. yang aku tahu, aku hanya melihatmu dari sisiku.

Why Me?



Belakangan ini banyak hal yang membuatku ingin berteriak,”WHY ME?!” Aku bahkan tidak ingat apa saja dan bagaimana. Mungkin puncaknya saat aku menjadi sasaran penipuan yang sedang marak terjadi di kampusku dan melihat sesuatu yang ganjil beberapa hari yang lalu. 
Biar kujelaskan. Waktu itu aku baru saja pulang setelah menemani ibuku pergi menemui temannya. Aku meninggalkan handphoneku di rumah dan segera mengeceknya. Kulihat ada beberapa pesan singkat dan salah satunya dari nomer yang tidak kukenal. Membaca awalannya saja membuatku merasa terintimidasi. Memang, aku terkadang diliputi rasa takut yang tidak menentu sehubungan dengan Indeks Prestasi ku yang bisa dikatakan selalu buruk bahkan belum pernah bagus.

Aku membaca perlahan dan merasa ganjil dengan isi pesan tersebut. Aku mengirim beberapa temanku pesan singkat, menanyakan apakah mereka menerima pesan singkat sepertiku. Pesan singkat yang mengaku dekan fakultas dan memintaku menghubungi rektor perihal seminar yang diadakan di sebuah hotel. Aku sangat merasa aneh mendapati pesan itu, terlebih sepertinya hanya aku yang menerimanya di jurusanku saat itu.

Aku memilih mengabaikannya karena toh jika memang benar adanya, pihak mereka pasti akan menghubungiku lagi, bukan? Beberapa saat kemudian aku mengetahui itu penipuan yang memang sedang terjadi di kampus tercinta ini. Aku hanya terdiam, “why me?” Darimana mereka mendapatkan dataku? Pastinay ada orang dalam yang terlibat. Tapi, mengapa harus aku? Daris ekian banyak nama, mengapa harus aku?
Baiklah, ini berlebihan. Tapi satu hal yang aku syukuri, aku memiliki sikap “curigaan”. Ini membuatku tidak mudah menjadi korban penipuan atau semacamnya, bahkan aku pernah menyelamatkan ibuku dari penipuan, bermodal sikap curigaku. Selain itu, dulu ayahku pernah tertipu, mungkin bukan kasus besar, tapi percayalah, semenjak itu keluarga kami menjadi lebih waspada.

Baik, kita menuju hal kedua. “Melihat sesuatu”. Aku tidak akan membahas di sini bagaimana dan kapan tepatnya, bahkan kepada orang lain pun sepertinya tidak lagi, kecuali jika memang diperlukan. Tapi ketahuilah, ini cukup berdampak dan membuatku kaget. Ada alasan yang masih belum aku mengerti, walaupun aku coba mengerti. Lalu, mengapa aku? Aku tentunya hanya gadis biasa bukan, bukan indigo? Ya, aku tahu pasti, aku bukan indigo girl. Tapi, mengapa aku “melihat”? Kata beberapa orang, ada alasan. Dan seperti yang kubilang tadi, alasan itu agak sulit kucerna. Bagaimana bisa seolah hanya aku yang mengalami godaan itu? Bagaimana bisa aku harus bisa melwan rasa takutku sendiri untuk bisa meraih cita-citaku? Sepertinya hanya aku, untuk hal ini.

Bingung? Aku juga. Aku bingung bagaimana becerita tanpa perlu aku menumpahkan semuanya. Tapi intinya, ini membuatku sekali lagi ingin berteriak,”why me?”. Tapi yang jelas, aku akan bertahan dan menggapai cita-citaku, di jalan-Nya dan dengan ridha-Nya.
Mau tahu lebih banyak? Baiklah. Dualisme. Entahlah, aku sedang tidak berminta bercerita atau sekedar menjelaskan apa itu dan bagaimana itu mempengaruhi. Yang jelas, aku orang yang complicated. Berpikir dualisme, tentangku, hal-hal disekitarku, membuatku ingin berteriak,”WHY ME?!”

sepertinya akan berlanjut

ada hal yang sudah kumantapkan sejak awal tahun ini. hal yang aku harus pegang selama setahun ini. hal yang sudah kuputuskan, menimbang faktor dalam dan luar diriku. hal yang kupikir demi kebaikanku, dan entah bagaimana akan berdampak untuk kebaikan orang lain.

mungkin kau bisa menebaknya apa. aku pernah memberitahumu sebelumnya, meskipun tidak secara gamblang. dan beberapa hari ini terlintas olehku untuk melakukan hal ini lebih lama lagi. maksudku, tidak hanya untuk tahun ini, tetapi untuk dua tahun ke depan. mungkin. ini semata demi kebaikanku, dan sekali lagi, mungkin bisa berdampak untuk kebaikan orang banyak.

jadi di sinilah aku. memantapkan diri dan menyakinkan diri. menguatkan diri agar bisa terhindar dari godaan godaan. bismillah. semoga dimudahkan.

Wednesday, 20 February 2013

no gabut anymore

maksimalkan waktu, jangan kebanyakan gosip! oke, itu alamiah, tapi kurangi sedikit demi sedikit. berapa banyak waktu terbuang untuk bergosip? lebih baik waktu yang ada untuk menulis bukan? berapa banyak waktu yang terbuang hanya untuk berdiam dan melamun? berapa banyak waktu yang dihabiskan hanya untuk bersosial media, apalagi sebentar-sebentar mengecek timeline twitter? berapa banyak waktu yang terbuang untuk 'kepo'? berapa banyak waktu yang terbuang untuk 'cuci mata' dan menguras uang?

mari kurangi, lalu hilangkan kebiasan-kebiasaan yang menyia-yiakan waktu! no gabut anymore

Tuesday, 19 February 2013

semua rusak

berawal dari mana aku bercerita? baiklah. mulai dari hari minggu, dua hari yang lalu. headset original dari smart phone ku rusak! padahal aku baru menggunakannya kurang dari sebulan dan jarang kugunakan. fakta ini membuatku hampir meledak. itu artinya tiga perangkat yang kupunya rusak! dua headset dan satu headphone. 

sorenya, aku membersihkan kamar dan bagian bawah tempat tinggalku dan menemukan sepatu converse ku yang sudah tidak memungkinkan untuk digunakan. bukan rusak, bukan. tapi suatu kebodohan dan kelalaian yang secara tidak langsung melibatkan orang lain. aku mencoba berusaha mempertahankan sepatu berwarna cream itu tapi tidak bisa. rasanya sedih harus berpisah dengan sepatu itu. berlebihan memang, tapi sepatu itu yang menemaniku sejak awal aku mulai bertarung di kampus ini. menemani hari-hari kuliahku, jalan-jalanku, diklat demi diklat, pelantikan dan kaderisasi, masa-masa bersama pacarku, masa-masa ku bepergian ke kota lain. tidak, aku tidak menangis di hari itu.

hari berikutnya kulihat retakan di lcd smart phone ku bertambah besar. tidak cukup besar memang, tapi bagiku yang sudah cukup penat dengan masalah headset dan sepatu, membesarkan persoalan lcd smart phone ku. adakah yang bisa dilakukan? bahkan smart phone ku belum sampai satu tahun.

dan puncaknya hari ini. salah satu penghubung di laptopku untuk usb sudah lama patah. tapi hari ini bertambah satu lagi yang patah. membuatku kesal bukan main. aku menelpon mama ku dan bukannya bicara dengan nada kesal (tentu bukan kesal dengan mama ku) tetapi suaraku bergetar dan tangisku pecah. aku tahu ini berlebihan. memang aku seperti itu. saat semua memenuhi pikiranku dan aku menemukan suatu excuse untuk menangis keras, maka aku akan menggunakan alasan itu.

aku menangis di telepon. kurasakan suhu tubuhku yang tadinya sudah sedikit kembali normal setelah demam kecil dan flu, kembali meningkat. aku tahu menangis malah membuat tubuhku makin rapuh dan membuat sistem kekebalan tubuhku berkurang. tapi aku tetap menangis, karena aku butuh mengeluarkan semuanya.

beban akademikku, masalah ekonomi, kesehatan ayahku, psikologi, seolah melatarbelakangi hal sepele kerusakan ringan gadget-gadgetku. ya, aku loicik. aku menggunakan alasan sepele untuk menumpahkan kesedihanku dan menangis puas.

satu hal yang sekarang terbayang dariku: aku hanya bisa menghabiskan uang orangtuaku! baiklah, untuk berbagai keperluan lain aku menggunakan uang tabunganku sendiri yang tidak seberapa. tapi bukankah aku menabung dari hasil yang orangtuaku berikan kepadaku? intinya sama saja aku menggunakan uang mereka, hanya saja dalam waktu dan kondisi yang berbeda. bukan uang dari penghasilanku sendiri, bukan uangku sendiri!

kau tahu, orangtuaku ikut menangis. mereka tidak melihatku, tapi seolah mereka bisa merasakan aku sedang buruk, diluar masalah gadget. bukankah itu menakjubkan? bagaimana Tuhan menitipkanku kepada mereka dan memberi kami kepekaan satu sama lain yang luar biasa.

astaga. akademikku jelek. aku belum bisa magang dan mandiri. barang-barang yang dibelikan untukku rusak begitu saja. aku ini apa? seperti anak tidak berguna yang hanya bisa menyusahkan orang tua. hidup serampangan, tidak peduli sekitar. hanya bisa mengeluh dan merasa kekurangan.

nampaknya semua nya rusak, termasuk aku.

Monday, 18 February 2013

7, bukan 6 lagi; mari mulai menata hidup kembali

ini terpenuh dari tiga sebelumnya. dan ini yang aku minta. seperti biasa, aku keras kepala. aku memilih tujuh dengan janji aku bisa mengatasinya dan memperbaiki keadaan. aku berjanji untuk merubah diriku lebih baik dan sesuai dengan apa yang harus terjadi. aku berjanji untuk memperbaiki semua kesalahanku terutama tiga yang lalu. aku berjanji untuk memberikan yang lebih baik.

kau tahu, semakin lama aku semakin sadar. waktu berlalu cepat dan tanggungjawabku semakin besar. tidak ada waktu yang tersisa untuk bermain-main. setiap pilihan adalah untuk masa depan. setiap keadaan harus bisa dikendalikan. setiap emosi harus bisa dikontrol. bahka setiap perkataan harus diseleksi. tapi sadar saja tidak cukup. aku tahu itu.

rasanya ingin sekali menumpahkan semuanya kepada seseorang. rasanya ingin sekali seseorang itu selalu mendampingiku, memperhatikan, memberi saran, mendengarkan. seseorang yang mungkin saja seorang sahabat, kakak, adik, guru, saudara, pasangan, bahkan musuh. siapa pun. aku tidak sekuat itu untuk berdiri sendiri. aku butuh seseorang yang melihatku di kondisi terburukku. di mana aku akan menangis samai mataku terasa panas, teriak sampai suaraku serak. meringkuk seolah aku lebih menyedihkan dari seekor kucing. 

tapi aku belum menemukannya. sahabat, kakak, adik, guru, saudara, pasangan, murid atau siapa pun itu. jadi aku mulai menata hidupku kembali. lagi, sendirian. tanpa bantuan. tidak. mungkin banyak yang membantuku di sana sini. tapi aku sepenuhnya sendirian. aku harus menata hidupku lagi. dan tidak akan kubiarkan apa pun dan siapa pun merusak hidupku lagi. tidak keadaan, tidak perasaan, tidak lingkunga, tidak tekanan, tidak kesepian, tidak ketakukan, tidak otoritas, tidak apa pun. tidak kamu, tidak kalian, tidak mereka, tidak dia, tidak dunia, tidak siapa pun. dan tidak bagaimana pun. dan tidak di mana pun. tidak kapanpun. 

aku mulai menyingkirkan hal-hal yang menggangguku. hal-hal yange menghambatku. sebaliknya, aku akan meraih apa pun yang akan membantuku memperbaiki hidupku. perlahan, aku mencoba. menelaah, menganalisis, memikirkan, mencari tahu. menyeleksi.  sampai akhirnya aku bisa membersihkan jalanku dan kembali melangkah.

jadi, dimulai dari sekarang 7, bukan 6 lagi. dengan perlahan tapi pasti, aku akan menata hidupku kembali.

Sunday, 17 February 2013

seseorang sepertimu, atau memang kamu?

dulu aku berpikir, kalau aku bersama dengan sesama penulis, mungkin akan menjadi lebih mudah. dan aku bersama seorang penulis. tapi percayalah, tidak selamanya yang sama itu yang terbaik. pada akhirnya tidak menjamin hal-hal yang seharusnya terjadi. jadi, aku berpikir bahwa aku harus bersama orang yang bukan penulis.

lalu aku menyadari sesuatu. aku sudah mengenalmu sejak lama, walaupun tidak pernah dekat. aku terenyuh saat pemikiran spontanmu membuatku banyak terinspirasi. seolah kamu memberikan dukungan dalam bentuk yang lain. berupa saran yang tidak sekedar saran, berupa jalan yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya.

kau memberi sesuatu di saat aku buntu. aku hanya mengatakan kebuntuanku dengan sembarang kata dan kau menanggapi dengan hal yang membuatku menyadari hal yang harus kulakukan. apa mungkin karena kecerdasanmu atau kepekaanmu, sehingga hal itu bisa terjadi? entahlah. satu hal yang aku tahu. aku harus bersama seseorang seperti mu. seseorang yang bisa membuatku menemukan sendiri kebuntuanku dalam berkarya, dengan cara kau membimbingku tanpa sadar. seseorang yang membuatku tidak akan eprnah berhenti sia sia.

ini racauan. ini aneh. lihat sajalah bagaimana kalimat demi kalimat ini tersusun aneh. lihat sajlah perhatikan sajalah betapa membingungkannya paragraf demi paragraf yang tertulis. seperti itu lah hati dan perasaanku. entah apa yang aku rasakan saat ini. entah aku terobsesi ingin bersama seseorang nanti yang tepat dan memahami passionku. seseorang yang tidak akan pernah cemburu saat aku menuliskan kalimat kalimat indah tentang perasaan cinta. seseorang yang mengerti aku tidak bisa diganggu saat aku tengah menulis. seseorang yang memberikan dukungan dalam bentuk apa pun. seseorang yang membuatku berpikir cerdas dan mampu memberikan pendapat akan hal yang ingin, sedang, dan telah aku tulis. mungkin seseorang sepertimu, atau memang kamu?

semakin kacau. apa ini hanya keinginan dan obsesi? atau aku telah jatuh hati pada mu? entahlah. jika ini obsesi, maka biarlah. selama obsesi ini tidak menganggu kehidupanku dan aku bisa mengontrolnya, aku akan baik-baik saja. kalau aku ternyata jatuh hati padamu? aku mungkin tidak akan membiarkan diriku melihatmu lebih jauh. karena aku tidak ingin hanya karena obsesiku dan itu melibatkanku. 

ah ya ampun. semakin aku tulis, semakin aku merasa aneh. jadi, seseorang sepertimu, atau memang kamu?

Wednesday, 13 February 2013

aku kenapa?

belakangan, ada yang aneh. mungkin bagiku tidak aneh, karena terkadang sifatku yang peka dan peduli bisa menjadi setengah mati cuek dan tidak peduli. aku mulai merasakan kejanggalan saat satu persatu orang orang menanyakan kepadaku. seperti "ada masalah?" "bertengkar dengan siapa?" "lagi ga seneng siapa?" "lagi sakit?" "kok ga akur sama temen-temen kamu?" "kamu kenapa sih?" dan banyak pertanyaan serupa. aku hanya berpikir, ada apa dengan mereka? aku kenapa?






ngetroll?

hem jadi ceritanya semalem gue nginep di rica buat ngerjain peer metmat. gue ga jadi nginep di pipit dan acara 'bisnis' kita berlima gagal semalem. yaudah deh gue berangkat dari kosan jam 7an. nah gue oon, kenapa pake ke kampus dulu ya -_- padahal kan bisa naik dari simpang ke sanaan dikit. dan gerbang belakang sepi banget -_-

jam 7an sampe di kosan rica. yaudah deh mulai ngerjain. trus laptop gue ga bisa diinstal corel draw dong -_- ujung-ujungnya pake laptop rica gue ngerjainnya. dan si mpok nitip. hadeh nambah kerjaan gue aja. nah semalem tinggal volumenya aja yang belum. kata rica besok pagi aja pake internet dan di kosan rica ga ada internet.

paginya, eva ke kosan rica. eva belum ngerjain sama sekali. dan singkat cerita kita baru pergi dari kosan eva (numpang internet) jam 8.15. fyi aja kelas metmat jam 7.30. ngeprit dulu di comlabs dan baru ke kelas jam ( kurang. astaga -_-

"ngetrol ini kita namanya," kata gue. pertama kalinya gue pake kata-kata adit-bahar ngetroll. tapi emang iya sih. kelar bubar jam 9.30 dan baru masuk jam 9. yaudah taro tas di pojokan kelas dan masuk tanpa tas. sumpah, ini pertama kalinya. dan ga mau lagi gue kayak gini -_-

Monday, 11 February 2013

i will not give up

aku terdiam sejenak melihat kertas yang diberikan kepadaku. mereka meminta kami untuk membuat essay seribu kata dan mempresentasikannya selama sepuluh menit besok. tema essay yang didapatkan masing-masing kami berbeda-beda, bergantung pada kertas yang kami dapatkan. aku memandang lagi kertas ku. entahlah, aku belum terlalu mantap untuk topik ini. tapi aku akan mencoba. bukankah aku berada di sini untuk mencoba dan belajar?

"hei," salah seorang teman laki-laki ku memanggilku. kontan aku menoleh dan baru menyadari keberadaanya di dekatku. ia tidak sendiri, tetapi bersama salah seorang senior laki-laki kami.

aku baru saja akan menanyakan kepada temanku ia mendapat kertas apa ketika ia berkata,"kalau kamu lulus besok, ia akan melakukan penembakan." temanku menunjuk senior laki-laki kami dan entah bagaimana di antara mereka ada pemanah dan anak panah yang siap ditembakkan. aku bingung, lalu kulihat senior perempuanku berada di dekatnya. mereka sudah resmi berpacarankah? ah, aku tidak ada waktu untuk memikirkan atau sekedar bertanya hal itu sekarang.

 selama kurang dari dua puluh mepat jam aku memfokuskan diri menyelesaikan essay ku dan mempersiapkan diri untuk presentasi. kebanyakan dari temanku gagal, dan itu membuatku panik dan down. aku menghela napasku, lalu memberikan peforma  terbaikku kepada mereka. aku puas telah melakukannya.

namun aku gagal. salah seorang wanita menyatakan essayku kurang berkualitas. aku merasa tertekan dan marah. bagaimana bisa ia menolak sebagian besar essay kami? bagaimana ia tidak menghargai sedikit pun karya kami? kuputuskan untuk merevisi essay ku.

"oh, halo kak." aku menyapanya. "udah jadi penembakannya?" tanyaku tanpa memikirkan tujuan menembaknya.

"ga tau panahnya nyangkut di mana," jawabnya ketus. kulihat anak panah dan pemanah milik siapa pun itu terpisah. aku berpikir sejenak. ah ya, seingatku ia akan menembakkan anak panah tersebut kalau aku lulus. dan nyatanya aku gagal.

aku memutuskan untuk melupakannya. walaupun tergelitik rasa ingin tahu mengapa ia ingin menembakkan anak panah itu apabila aku lulus--mengapa harus karena ku?--aku memilih mengabaikannya untuk sementara waktu dan melanjutkan revisi essayku. dan kau tahu apa? essay ku diterima. aku dinyatakan lulus.

lalu aku melihatnya. tidak jauh dariku, sedang menatapku. lalu ia menunduk sedikit, dan tersenyum puas. seketika semua menjadi jelas. tidakkah setiap saat aku menoleh, ia ada di sekitarku? seperti memperhatikanku. dan bukankah menembakkan anak panah biasa disebut memanah? lalu mengapa mereka menyebutnya penembakan? bukankah penembakan dalam bahasa sehari-hari diartikan sebagai seseorang menyatakan cintanya dan meminta untuk menjadi kekasihnya?

aku menoleh di tempat yang entah bagaimana terlihat perempuan itu. dan secara perlahan, sosoknya menghilang, seperti tubuhnya cahaya yang perlahan meredup sebelum akhirnya mati. aku menoleh kembali kepadanya yang tengah tersenyum melihatnya. perlahan tapi pasti, ia menghampiriku. kupikir aku tahu maksudnya. aku lulus, bukan?

...

aku tejaga dari mimpi ku pagi ini. butuh waktu beberapa saat untuk mencerna apa yang kualami di alam mimpi. hal pertama yang terlintas adalah, bagaimana mungkin dia masuk dalam mimpi ku?

satu jam aku berusaha mencerna maksud mimpi tersebut. alasan logis yang bisa terpikir olehku sudah kudapatkan. terkait dengan presentasi dadakan dan pelatihan yang kujalani dua hari kemarin, serta presentasi dan menulis yang akan kujalani akhir minggu ini, mungkin menjadi alasan aku bermimpi tentang hal yang serupa. suasana dan kondisi dalam mimpi tersebut cocok, seolah menggambarkan apa yang akan terjadi.

lalu, mengapa dia? aku coba berpikir sederhana dan logis. kami semua dekat, kami semua keluarga, jadi untuk alasan yang wajar aku memimpikan mereka atau pun memimpikannya. 

satu hal yang  bisa kulakukan untuk beberapa hari ke depan: mempersiapkan diri dan membangun kepercayaan diriku. aku seolah mendapat pesan bahwa seberapa kali pun aku terjatuh dan terpuruk, aku tetap harus bangkit dan berlari. seberapa gagalnya aku, aku tetap harus mencoba dan mencoba lagi. seolah tersirat bahwa aku mampu, hanya saja terkadang meragukan diriku sendiri.

pesan untukku, untuk minggu ini, untuk kapan pun. aku akan terus berkarya dan belajar. akan terus berusah menggapai apa pun yang aku mau. apa pun. aku tidak akan berhenti sampai di sini. 

i will not give up




Sunday, 10 February 2013

blank

you know what. about twenty hours later, i had already visualized the story, the writings. but now, just by one short conversation, i felt it started to fade away, vanish. what's wrong? now i don't know what to tell to you. now i can't even think. now i just sit here and hope my "real" comes back.

Thursday, 7 February 2013

kamis kelabu

sore ini cukup dingin. kurapatkan jaket angkatanku dan melangkah memasuki gedung berbentuk heksagonal. terlalu cepat untuk masuk kelas, aku tahu. tetapi rasanya aku ingin segera memasuki kelas tersebut, dan berharap entah bagaimana waktu cepat berlalu dan tiba waktunya untukku pulang, menyudahi hari yang panjang dan melelahkan ini. sejak jam tujuh pagi aku berada di kampus, dan tidak ada jeda sama sekali kecuali satu jam yang lalu. benar-benar melelahkan.

kelas besar ini masih sepi. kulihat beberapa mahasiswa dari program studi tetangga sepertiku sudah duduk di deretan kedua dan ketiga, juga menempatkan spot spot duduk untuk teman-teman mereka. aku pun tidak mau kalah. aku tahu, di kelas ini hanya ada kurang dari sepuluh mahasiswa dari program studiku. tapi setidaknya, aku menempatkan dua spot untuk kedua temanku di sisi kanan dan kiriku.

"di sini ada orang?" seorang laki-laki dari program studi tetangga yang tempo hari menanyakan strapler kepadaku, bertanya dengan ramah. aku mengangguk dan kembali hanyut dalam lagu yang kudengarkan dari headsetku. handphone ku berdering beberapa kali. salah satu temanku menagatakan ia tidak akan hadir di kelas ini, sementara beberapa teman program studi ku yang masuk kelas lain memberitahuku bahwa temanku pindah ke kelasnya. 

"di sini ga ada orang."

aku memberi tahu laki-laki tadi. ya, tidak ada mereka berdua. aku sendiri. di sini, terjebak di antara laki-laki yang entah bagaimana secara kebetulan berada di deretan sebelah kiri ku. aku memandang sekeliling. mereka adalah mahasiswa dari program studi tetangga sama seperti program studi ku yang hal nya tetangga, tapi mereka bersama dan berkumpul. dan aku? aku sendiri di sini.

"oh iya."

laki-laki itu membalas. aku agak tercengang mengetahui ia orang yang ramalh dan cukup lembut pada perempuan. kupikir ia tidak begitu. tidak, aku tidak mengenalnya. aku hanya pernah bertemu dengannya di suatu waktu, sekali. kami berada dalam satu ruang kelas di luar mata kuliah dan minggu berikutnya aku sadar ia sekelas denganku di suatu mata kuliah semester lalu. tapi apa yang aku lihat darinya saat ini sungguh berbeda. 

sudahlah. aku tidak peduli. bagaimana pun, aku iri dengan mereka. aku memutuskan berhenti memandang mereka dan tersenyum getir memandang papan tulis.

program studi asli datang ememenuhi kelas. mungkin ada kesan tersendiri saat jadi mayoritas dan menjadi tuan rumah. kulihat tiga orang teman laki-laki ku memasuki kelas, namun dua di antara mereka keluar kelas lima menit kemudian. nampaknya mereka pindah ke kelas lain.

satu jam berikutnya terasa sangat lama bagiku. di kelas besar yang penuh hiruk pikuk seperti ini, aku merasa aku sendiri. rasanya aneh. rasanya seperti tidak berkawan. rasanya menyedihkan.

kelas bubar. aku memasang headset dan berusaha terhanyut dalam lagu yang kudengarkan. namun sepertinya pilihanku salah. hari yang semakin senja. semilir angin. rasa dingin yang menusuk kulitku. rasa lelah dan rasa sendiri membuatku menjadi mellow.

aku menelusuri jalanan kecil itu sendirian. banyak memang orang di sekitarku, tapi aku sepenuhnya sendirian. aku terus menelusuri jalan hingga ke gerbang depan. dan inilah yang kurasakan. 

...

rasanya aku baru menemukan sesuatu yang hilang. seperti ada lubang di hatiku. rasanya menyedihkan. rasanya sepi. rasanya seakan aku bisa saja hancur dengan sedikit sentuhan. atau bisa saja hilang dengan hembusan pelan angin di kala senja.

kurasa aku merindukannya. aku ingat betul bagaimana aku tidak pernah merasa sendirian saat kami bersama. bukan, bukan teman tidak penting bagiku. tapi ada lubang-lubang yang tidak bisa seorang sahabat atau sekumpulan teman isi. ada hal-hal yang tidak bisa mereka berikan dan mereka lakukan. 

aku ingat bagaimana setiap kelas berakhir aku langsung bergegas menemuinya di tenggara sana. aku ingat bagaimana ia yang selalu mengontakku untuk sekedar menanyakan keadaanku dengan caranya yang tidak berlebihan. aku ingat bagaimana kami menelusuri jalanan ini berdua. aku ingat bagaimana kami menjelajah kampus ini berdua.

aku tidak pernah merasa sendiri. dulu. saat aku merasa kampus ini menekanku sebegitu parahnya, ia ada di dekatku. ia mungkin bukan seorang pembicara yang baik, tapi kehadirannya membuatku bisa lebih tenang. ia rela merasakan kesakitan demi aku merasakan kelegaaan dan kepuasaan melampiaskan amarahku.

aku ingat bagaimana kami pulang bersama di sore atau siang hari. meski pun lelah, kami tetap akan tertawa bersama, terpingkal-pingkal. kami tidak pernah bosan dan lupa menanyakan dan bercerita tentang keseharian masing-masing kami. apa pun beban, serasa menguap saat kami tertawa lepas bersama dan tahu kami ada untuk satu sama lain.

di bawah langit sore, aku menyesal telah memutuskannya. aku tahu ini gila, tapi begitulah. bagaimana bisa aku melakukan hal itu dulu? dan semua hal itu berdampak selanjutnya, yang saat ini malah kupikirkan dan kujelaskan. satu hal yang jelas. ia sudah pergi bersama orang lain saat ini. dan aku. aku di sini sendiri. tanpa dia atau siapa pun. tanpa sahabat. tanpa teman-teman. aku benar-benar sendirian.

aku terlunta-lunta bangun dalam keterpurukanku di kampus ini. andai saja aku bisa meminjam otak jenius einstein dan pemikiran socrates, juga semangat seorang atlet. nyatanya, aku sendiri. tidak ada bantuan. aku terlunta. aku tertatih. aku sendiri.

kamis ini benar-benar kamis kelabu.


Wednesday, 6 February 2013

Hal Kecil, Dalam Pemilihan Mata Kuliah


Aku baru saja menyadari—baru benar-benar menyadari.  Bahwa banyak hal yang akan bisa membuat kita gagal dalam mata kuliah di kampus. Kehidupan sudah berbeda memang, bukan lagi siswa sekolah yang dipantau oleh guru dan wali kelas masing-masing dengan cermat. Bukan lagi siswa yang masih mendapat banyak toleransi. Di dunia perkuliahan, kita benar-benar sendiri. apa yang kita inginkan dan kita perlukan bisa jadi adalah dua hal yang berbeda. Dan percayalah, terkadang apa yang terjadi tidak selalu sejalan—dua hal itu.
Hal yang kutahu dulu sangat minim. Hal-hal yang dulu kutahui bisa menjadi alasan yang membuat kita gagal di mata pelajaran atau mata kuliah, ternyata masih kurang. Tentunya aku tahu ada faktor internal dan eksternal yang akan mempengaruhi di setiap kondisi apa pun, termasuk faktor kegagalan dalam mata  kuliah. Faktor internal adalah hal yang menurutku pasti semua orang tahu: t malas belajar, tidak suka dengan mata kuliah, tidak menyukai metode dosen atau suasan kelas, atau apa pun yang berhubungan dengan perasaan. Faktor eksternal yang kutahu selama ini ialah: dosen yang metode kurang pas dengan kita, suasana kelas, waktu ujian, dan sederet hal lain.

***

Kau tahu, entah bagaimana, rasanya di kampus ini banyak sekali faktor penyebab mahasiswanya gagal di mata kuliah. Tentu saja faktor eksternal. Seperti: jadwal kuliah yang bentrok, kelas yang penuh, adanya semacam perbedaan perlakuan dari prodi kepada mahasiswanya sendiri dengan mahasiswa lain, dan hal-hal lainnya. Percaya atau tidak, itu mempengaruhi, sangat. Hal-hal yang kusebutkan tadi, membuat kekacauan yang berarti cepat atau lambat, dan mengakibatkan E atau T di situs horror mahasiswa.
Mau kuberikan ilustrasi? Begini. Katakan saja kau mahasiswa dari Prodi A dan ada mata kuliah yang wajib kau ambil dari Prodi B, sebut saja mata kuliah 1. Mata kuliah 1 tersedia dua kelas dan di situs pendaftaran kau dibebaskan untuk memilih kelas a atau b. Katakan saja kau memilih kelas a yang jadwalnya berbeda dengan jadwal kelas b.  Jadi, sambil menyusun jadwal dan memikirkan, kau memilih mata kuliah lain yang kau butuhkan semester ini beserta dosen, kelas dan jadwalnya. Semua terlihat sempurna bagimu. Sepadat apa pun itu, itu jadwal yang kau piliih. Kau menikmatinya.

Lalu datanglah bencana itu. Prodi B mengeluarkan kebijakan untuk membagi mata kuliah 1 menjadi tiga kelas, katakanlah ada kelas c, dan mahasiswa selain Prodi B harus masuk ke kelas c yang jadwalnya sangat berbeda dengan kelas a atau pun kelas b. Ada efek yang ditimbulkan bagi hampir sebagian besar mahasiswa. Apa itu? Jadwal kuliah yang bentrok! Tentunya akan ada negoisasi jadwal antara dosen kelas dan mahasiswa kelas tersebut, tapi percayalah, itu sulit, karena setiap mahasiswa memiliki jadwal yang berbeda. Dan percaya juga padaku, bahwa sulit untuk didengarkan ketika kau minoritas. Apalagi jika kau berbeda jadwal sendiri. Harus ada mata kuliah yang kaukorbankan.

Di sini lah buah simalakama mendadak muncul. Jika kau mengorbankan mata kuliah yang lebih besar sks nya, kau yang akan kerepotan nanti. Jika kau mengorbankan mata kuliah pilihan yang sks nya ringan dan kuliah santai, kau akan merasa sayang melepasnya karena kau sudah nyaman dengan kelas tersebut. Jadi, makan atau tidak di makan buah simalakama itu?

Dan percayalah. ketika kau harus merubah satu jadwal, maka semua jadwal akan berantakan. Jika kau seorang perfeksionis bertipe-A, kau akan stress sendiri menghadapi hal simpel seperti ini. Tentu rasanya menyebalkan harus mengatur jadwal yang telah kau buat senyaman mungkin, bukan?

Baiklah, kembali lagi ke topik awal. Jadi, masalah kelas dan sks dan la-la-la bisa menghancurkanmu satu semester. Banyak mahasiswa yang terpaksa kehilangan sks karena ketidak jelasan jadwal dan mengorbankan mata kuliah, dan pada akhirnya tidak fix. Di sini, kedewasaanmu dituntut untuk mengambil perannya. Di sini, bagaimana kau bisa tetap tenang dan berpikir yang terbaik, dan mendahulukan skala prioritas. Di sini, bagaimana kau bisa memikirkan yang terbaik dan menemukan cara untuk mendapatkan apa yang kau inginkan dan kau butuhkan. Di sini, dalam hal kecil pemilihan mata kuliah.

Start of Something New


Mulai sekarang, aku sudah anggap aku tidak pernah mengenalmu—apalagi mengingat kita pernah bersama. Seolah ketika ada orang di jalan yang menanyakanmu kepadaku, aku akan menjawab,”aku tidak mengenalnya, siapa dia?” dengan wajah penasaran. Hei, aku tidak jahat, bukan? Toh kita sudah sepakat untuk lost contact, dan aku sudah mengatakan padamu bahwa aku akan menganggap aku tidak pernah mengenalmu? Mungkin awalnya sulit, tetapi perlahan aku akan terbiasa. Seiring berjalannya waktu, hal-hal yang seolah ada hubungannya dengan kita, perlahan akan menghilang. Dan di puncaknya, aku akan benar-benar lupa siapa kamu.
Sayang memang, kita harus seperti ini. Sayang memang, alasan yang membuat kita menjadi seperti ini. Sayang memang, ada orang lain yang menyebabkan semua ini. Tapi tidak sepenuhnya begitu, karena ini demi kebaikan kita bersama. Aku bisa bebas tanpa diikuti dan menjalani kehidupanku dengan normal. Dan sejujurnya, aku tidak peduli apa yang selanjutnya akan terjadi padamu. Ya, walaupun aku iba denganmu karena kamu...
Okay, skip. Aku bukannya ingin mengutarakannya. Tidak, tidak lagi. sudah cukup. Dan di suatu waktu jika ada yang bertanya kepada ku alasan atau apa yang terjadi, aku tidak akan mengatakannya. Karena apa? Karena aku tidak mengenalmu, sayang. Bagaimana aku bisa menjelaskan kepada orang apa yang terjadi ketika bahkan aku tidak mengenalmu?

Di sini, aku menegaskan. Bahwa mulai sekarang, aku anggap kamu tidak ada. Tidak pernah ada, dan tidak akan pernah ada. Kita pernah bersama, itu nothing. Apa yang terjadi di terakhir kali kita berteman, itu tidak pernah terjadi. Dan ketika kamu mencoba lagi mengusik hidupku lagi, aku tidak akan terusik. Karena bahkan bagiku kamu tidak pernah ada. Dan aku tidak akan pernah menyebutkan namamu lagi.

Semoga Tuhan memaafkan kesalahan kita masing-masing dan menghapuskan amarah atau pun dendam di hati kita masing-masing. Semoga Tuhan mempertemukanku denganmu hanya sekali, di kehidupan lamaku. Karena aku yakin, Tuhan tidak akan mempertemukan kita di kehidupan baruku. Karena di kehidupan baruku, kamu tidak layak ikut serta di dalamnya. Tuhan tahu itu.

So, i let you go, but i also leave you behind. I don't leave the memories behind, but i erase all of my memeries about us.  Cause this is my new life. Cause the new one and 'others life'-that-never-connected-to-you are together now.