berawal dari mana aku bercerita? baiklah. mulai dari hari minggu, dua hari yang lalu. headset original dari smart phone ku rusak! padahal aku baru menggunakannya kurang dari sebulan dan jarang kugunakan. fakta ini membuatku hampir meledak. itu artinya tiga perangkat yang kupunya rusak! dua headset dan satu headphone.
sorenya, aku membersihkan kamar dan bagian bawah tempat tinggalku dan menemukan sepatu converse ku yang sudah tidak memungkinkan untuk digunakan. bukan rusak, bukan. tapi suatu kebodohan dan kelalaian yang secara tidak langsung melibatkan orang lain. aku mencoba berusaha mempertahankan sepatu berwarna cream itu tapi tidak bisa. rasanya sedih harus berpisah dengan sepatu itu. berlebihan memang, tapi sepatu itu yang menemaniku sejak awal aku mulai bertarung di kampus ini. menemani hari-hari kuliahku, jalan-jalanku, diklat demi diklat, pelantikan dan kaderisasi, masa-masa bersama pacarku, masa-masa ku bepergian ke kota lain. tidak, aku tidak menangis di hari itu.
hari berikutnya kulihat retakan di lcd smart phone ku bertambah besar. tidak cukup besar memang, tapi bagiku yang sudah cukup penat dengan masalah headset dan sepatu, membesarkan persoalan lcd smart phone ku. adakah yang bisa dilakukan? bahkan smart phone ku belum sampai satu tahun.
dan puncaknya hari ini. salah satu penghubung di laptopku untuk usb sudah lama patah. tapi hari ini bertambah satu lagi yang patah. membuatku kesal bukan main. aku menelpon mama ku dan bukannya bicara dengan nada kesal (tentu bukan kesal dengan mama ku) tetapi suaraku bergetar dan tangisku pecah. aku tahu ini berlebihan. memang aku seperti itu. saat semua memenuhi pikiranku dan aku menemukan suatu excuse untuk menangis keras, maka aku akan menggunakan alasan itu.
aku menangis di telepon. kurasakan suhu tubuhku yang tadinya sudah sedikit kembali normal setelah demam kecil dan flu, kembali meningkat. aku tahu menangis malah membuat tubuhku makin rapuh dan membuat sistem kekebalan tubuhku berkurang. tapi aku tetap menangis, karena aku butuh mengeluarkan semuanya.
beban akademikku, masalah ekonomi, kesehatan ayahku, psikologi, seolah melatarbelakangi hal sepele kerusakan ringan gadget-gadgetku. ya, aku loicik. aku menggunakan alasan sepele untuk menumpahkan kesedihanku dan menangis puas.
satu hal yang sekarang terbayang dariku: aku hanya bisa menghabiskan uang orangtuaku! baiklah, untuk berbagai keperluan lain aku menggunakan uang tabunganku sendiri yang tidak seberapa. tapi bukankah aku menabung dari hasil yang orangtuaku berikan kepadaku? intinya sama saja aku menggunakan uang mereka, hanya saja dalam waktu dan kondisi yang berbeda. bukan uang dari penghasilanku sendiri, bukan uangku sendiri!
kau tahu, orangtuaku ikut menangis. mereka tidak melihatku, tapi seolah mereka bisa merasakan aku sedang buruk, diluar masalah gadget. bukankah itu menakjubkan? bagaimana Tuhan menitipkanku kepada mereka dan memberi kami kepekaan satu sama lain yang luar biasa.
astaga. akademikku jelek. aku belum bisa magang dan mandiri. barang-barang yang dibelikan untukku rusak begitu saja. aku ini apa? seperti anak tidak berguna yang hanya bisa menyusahkan orang tua. hidup serampangan, tidak peduli sekitar. hanya bisa mengeluh dan merasa kekurangan.
nampaknya semua nya rusak, termasuk aku.
No comments:
Post a Comment