Tuesday, 13 January 2015

Part 5—Dalam Dekapan Tangan yang Akrab

Ada sesuatu yang lain, di pagi ini. Bukan ketakutan akan hal itu, tetapi hal yang lebih jauh. Bukan juga lebih jauh ke depannya lagi. Aku takut akan apa yang terjadi setelah akhirnya aku bisa keluar dengan terhormat dari lilitan belalai si gajah. Aku takut bernasib sama sepertiberapakah jumlah mereka?yang mencari ke sana ke mari.

Sudah kukatakan, niatku pergi ke belahan Bumi yang lain terhambat restu. Oh, mereka merestui, tapi si pengendali tidaksi pengendali itu benar-benar hidup, eh? Ketika pintu yang satu tertutup, maka kau baru menyadari ada pintu lain. Tetapi pintu itu tidak bisa aku gapai, disebabkan oleh kekecauanku selama ini. Siapa yang mau memberikan tangan untuk pelajar yang sepanjang perjalanannya menorehkan catatan yang tidak cemerlang? Aku akan kalah di meja administrasi. Lagipula, aku tidak merasa aku pantas untuk itu. Dan lagi, bisakah aku menjadi seorang scientist yang kompeten?

Sekali lagi, mimpi yang harus kubuang: melanjutkan studi ke negara yang jauh itu, belajar semua hal baru dan memperdalam keilmuanku, berinteraksi dengan mereka dan bekerja di tempat itu. Aku tidak tahu dengan jelas tempatnya, tetapi itu tempat di mana mereka mempelajari lebih dalam bidang kecil yang ingin aku pelajari. Kuberitahu kau betapa hebatnya ilmu yang sedang kupelajari: kau bisa mempelajari sesuatu yang kecil, yang jauh lebih kecil dari debu di perabot rumah nenekmu; kau bisa mempelajari sesuatu yang sangat luas, saking luasnya kau sampai lupa di mana dirimu berada; kau bisa mempelajari sesuatu yang mungkin masih bisa kau lihat dan kau gapai, dan disitulah aku memilih bernaung, terpukau melihat keharmonisan pergerakan. Jalan untuk menggapainya seakan hampir tertutup untukku. Kau tidak bisa menyangkal bahwa si pengendali itu tidak berperan dalam hal ini. Dan seperti yang sudah kukatakan, jalan lain hanya berujung pada penolakan berkasku di meja registrasi.

Sebenarnya, aku bisa saja memilih yang lebih egois. Aku bisa saja memaksakan pergi. Tapi hal lain merutukku. Untuk apa aku pergi jauh dengan hasil yang tidak menjanjikan? Apakah dengan pergi akan menjadikanku ahli? Aku tidak sehebat itu dan menempaku bertahun-tahun belum tentu menjadikanku cukup berharga. Pada akhirnya, mungkin aku tidak akan menjadi cukup berguna untuk diriku sendiri, keluargaku dan untuk orang lain. Jadi, mengapa aku tidak tinggal saja?


bersambung

No comments:

Post a Comment