Ada sesuatu yang lain, di pagi ini. Bukan ketakutan akan hal itu, tetapi hal
yang lebih jauh. Bukan juga lebih jauh ke depannya lagi. Aku takut akan apa
yang terjadi setelah akhirnya aku bisa keluar dengan terhormat dari lilitan
belalai si gajah. Aku takut bernasib sama seperti—berapakah
jumlah mereka?—yang
mencari ke sana ke mari.
Sudah
kukatakan, niatku pergi ke belahan Bumi yang lain terhambat restu. Oh, mereka
merestui, tapi si pengendali tidak—si
pengendali itu benar-benar hidup, eh? Ketika pintu yang satu tertutup, maka kau
baru menyadari ada pintu lain. Tetapi pintu itu tidak bisa aku gapai,
disebabkan oleh kekecauanku selama ini. Siapa yang mau memberikan tangan untuk
pelajar yang sepanjang perjalanannya menorehkan catatan yang tidak cemerlang?
Aku akan kalah di meja administrasi. Lagipula, aku tidak merasa aku pantas
untuk itu. Dan lagi, bisakah aku menjadi seorang scientist yang kompeten?
Sekali
lagi, mimpi yang harus kubuang: melanjutkan studi ke negara yang jauh itu,
belajar semua hal baru dan memperdalam keilmuanku, berinteraksi dengan mereka
dan bekerja di tempat itu. Aku tidak tahu dengan jelas tempatnya, tetapi itu
tempat di mana mereka mempelajari lebih dalam bidang kecil yang ingin aku
pelajari. Kuberitahu kau betapa hebatnya ilmu yang sedang kupelajari: kau bisa
mempelajari sesuatu yang kecil, yang jauh lebih kecil dari debu di perabot
rumah nenekmu; kau bisa mempelajari sesuatu yang sangat luas, saking luasnya
kau sampai lupa di mana dirimu berada; kau bisa mempelajari sesuatu yang
mungkin masih bisa kau lihat dan kau gapai, dan disitulah aku memilih bernaung,
terpukau melihat keharmonisan pergerakan. Jalan untuk menggapainya seakan hampir
tertutup untukku. Kau tidak bisa menyangkal bahwa si pengendali itu tidak berperan
dalam hal ini. Dan seperti yang sudah kukatakan, jalan lain hanya berujung pada
penolakan berkasku di meja registrasi.
Sebenarnya,
aku bisa saja memilih yang lebih egois. Aku bisa saja memaksakan pergi. Tapi
hal lain merutukku. Untuk apa aku pergi jauh dengan hasil yang tidak
menjanjikan? Apakah dengan pergi akan menjadikanku ahli? Aku tidak sehebat itu
dan menempaku bertahun-tahun belum tentu menjadikanku cukup berharga. Pada
akhirnya, mungkin aku tidak akan menjadi cukup berguna untuk diriku sendiri,
keluargaku dan untuk orang lain. Jadi, mengapa aku tidak tinggal saja?
bersambung
No comments:
Post a Comment