Jarak.
Terkadang, kita menciptakan jarak dengan orang-orang tertentu. Terkadang, kita
hanya menciptakannya dengan maksud menghakimi, tetapi terkadang, kita memang
membutuhkannya. Mungkin untuk belajar memaafkan orang itu, atau mengendalikan diri kita
dari amarah yang mungkin sesaat. Mungkin sekedar menguji seberapa dalam kita mampu merindu. Atau mungkin memang keadaan yang membuat seperti itu.
Sebenarnya,
kita menunggu. Kita menunggu jarak itu berubah, dan tentu saja kita menunggu
hingga tidak ada jarak lagi, seperti dulu. Aku mati-matian menjaga jarak itu
tetap seperti itu; tidak menjadi lebih lebar lagi. Namun, sia-sia. Jarak itu
makin lebar. Haruskah aku membiarkannya?
Berhasil.
Anggap saja aku berhasil mempertahankannya. Tapi bagaimana jika selama kita
jauh, ada orang lain yang mengisi kekosongan itu? Bagaimana jika tempatku
tergantikan oleh orang lain? Akankah kamu memegang teguh kata-katamu, atau
malah memilih membuat dirimu nyaman sendiri dan melupakanku? Siapa yang harus
kusalahkan? Diriku? Dirimu? Orang lain? Dunia?
Kuanggap
semua akan baik-baik saja, sebab semua akan baik-baik saja, pada akhirnya.
Jadi, kita akan bertemu lagi.
Besok.
No comments:
Post a Comment