Thursday, 22 January 2015

Jarak

Jarak. Terkadang, kita menciptakan jarak dengan orang-orang tertentu. Terkadang, kita hanya menciptakannya dengan maksud menghakimi, tetapi terkadang, kita memang membutuhkannya. Mungkin untuk belajar memaafkan orang itu, atau mengendalikan diri kita dari amarah yang mungkin sesaat. Mungkin sekedar menguji seberapa dalam kita mampu merindu. Atau mungkin memang keadaan yang membuat seperti itu.

Sebenarnya, kita menunggu. Kita menunggu jarak itu berubah, dan tentu saja kita menunggu hingga tidak ada jarak lagi, seperti dulu. Aku mati-matian menjaga jarak itu tetap seperti itu; tidak menjadi lebih lebar lagi. Namun, sia-sia. Jarak itu makin lebar. Haruskah aku membiarkannya?

Berhasil. Anggap saja aku berhasil mempertahankannya. Tapi bagaimana jika selama kita jauh, ada orang lain yang mengisi kekosongan itu? Bagaimana jika tempatku tergantikan oleh orang lain? Akankah kamu memegang teguh kata-katamu, atau malah memilih membuat dirimu nyaman sendiri dan melupakanku? Siapa yang harus kusalahkan? Diriku? Dirimu? Orang lain? Dunia?

Kuanggap semua akan baik-baik saja, sebab semua akan baik-baik saja, pada akhirnya.
Jadi, kita akan bertemu lagi.





Besok. 

No comments:

Post a Comment