Thursday, 22 January 2015

Antara Cinta dan Benci

Jika cinta bisa berubah menjadi benci, maka benci juga bisa berubah menjadi cinta.



Aku menunggu. Aku menunggu rasa benci itu kembali menjadi cinta, sebab kita tidak bisa memulai dengan adanya benci, meskipun mungkin hanya aku yang membenci. Kalau kau ingin tahu, aku tidak suka menjadi satu-satunya yang membenci. Jadi, kuanggap saja kau juga membenciku. Egoisnya lagi, aku akan marah jika itu benar adanya.

Bagaimana jika aku letih menunggu? Bagaimana bila akhirnya aku menyerah pada kebencian ini dan memilih pergi? Mungkin pergi merupakan pilihan terbaik, atau mungkin tidak? Bagaimana jika kau memberitahuku saja apa yang kau inginkan? Ide bagus. Sepertinya. 

No comments:

Post a Comment