Sunday, 11 January 2015

Part 1—Sesuatu yang Harus Dilepas


Pagi ini aku terbangun dengan satu keyakinan: aku harus melepasnya. Mungkin bukan keyakinan, karena sampai detik ini, aku masih belum yakin. Itu hanya muncul begitu saja, naik dari alam bawah sadarku ke permukaan dan aku menyadarinya ketika aku terbangun dari mimpi-mimpi suramku sepanjang pekan ini. Apakah ini memang suatu keyakinan yang menjadi keputusan, atau keraguan yang menjadi tameng untuk kabur? 

Aku membasuh wajahku, menghadapnya tanpa berkata-katatidak mudah untuk bekata-kata ketika benakmu dipenuhi berbagai hal yang sulit kau kelola, dan lagipula, ia tahu betul apa yang kupikirkan tanpa perlu kukatakanlalu duduk diam. Mungkin aku memang harus melepasnya, si mimpi-mimpi indah itu. Bahkan sekarang sudah tidak lagi terasa indah. Jika aku harus mengubur, lebih baik aku mengubur itu dari sekarang.

Aku harus melupakan mimpiku untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi di belahan Bumi yang lain. Omong-omong, ini penting bagiku: menulis Bumi dengan awalan kapital. Aku melakukannya dengan benar karena aku berasal dari tempat di mana aku sudah seharusnya mengetahui bahwa nama objek langit ditulis dengan awalan kapital.

Kembali lagi. Aku harus melupakan keinginan itu. Mungkin keinginan itu hanya sebatas hasrat sesaat, yang nantinya akan menguap seperti air di tubuhmu selepas kau mandi. Air itu akan tetap di sana, namun akhirnya akan menguap tanpa perlu kau usapkan handuk. Tetapi, toh kau tetap mengusapkan handuk di tubuhmu. Seperti itu lah yang aku lakukan. Aku hanya mempercepat prosesnya.


bersambung

No comments:

Post a Comment