Friday, 6 December 2013

sepupuku sayang

sepupuku,

pagi tadi aku menerima telpon seperti biasanya. belakangan ini memang selalu ada nama kau terselip di antara pembicaraan aku dan kedua orangtuaku. mereka selalu memebrikan kabar terbaru tentang dirimu.

sepupuku,

butuh waktu untuk mencerna satu kalimat singkat mama pagi tadi. mungkin semenit. lalu aku mengerti. kau sudah tidak ada.

sepupuku,

awalnya aku tenang. aku mendengarkan mama menceritakan detil kejadiannya. aku merespon dan berkata banyak hal. tapi tiba-tiba tangisku pecah. aku meraung di kamar. aku histeris. seakan aku butuh waktu lama untuk mengumpulkan kekuatan. untuk menangisi kepergiamnu.

sepupuku,

mama bingung atas responku yang aneh. mama memberikan sambungan kepada bapak. bapak juga bingung. tangis mereka pun kembali pecah mendengar raunganku.

sepupuku,

mama menelpon ibumu dan mengatakan reaksiku. mama mengatakan betapa menyesalnya aku tidak sempat bertemu denganmu untuk terakhir kalinya. betapa menyesalnya aku tidak sempat mengunjungimu di rumah sakit bulan lalu.

sepupuku,

kepergianmu begitu tiba-tiba. memang, kau sakit parah selama berminggu-minggu. memang, setiap hari ada diagnosa baru dan semakin aneh. memang, ada dokter yang bahkan menyerah atas penyakit-penyakitmu. memang, keluarga kita memutuskan membawamu ke rumah sakit di luar pulau. tapi sungguh, kupikir ini akan berlalu.

sepupuku,

kurasa tidak ada firasat khusus yang kurasakan perihal ini. yang aku ingat, aku terbangun malam-malam di waktu kau pergi. hanya itu.

sepupuku,

begitu cepat kau pergi. kau meninggalkan kedua anakmu yang masih kecil. kau belum sempat melihatku di wisuda. kau belum sempat melihat aku dipinang.

sepupuku,

banyak hal  yang aku sesali. aku menyesal  tidak berbicara lebih banyak kepadamu bulan-bulan lalu. aku menyesal tidak melihatmu. egoku membuat aku lupa bahwa aku menyayangimu. kenaifan membuatku melupakanmu. keadaanmu membuat aku jauh darimu.

sepupuku,

aku ingat bagaimana dulu kau menggendongku. aku ingat bagaimana dulu kau mengemongku dalam dekapanmu. aku ingat bagaimana kau selalu meluangkan waktumu untuk mengunjungiku di antara kesibukanmu. aku ingat kau memotong kuku-kuku di jari-jari kecilku setiap minggu pagi. aku ingat setiap boneka dan barang-barang yang kau berikan padaku. aku pernah menjadi gadis kecil yang paling bahagia di dunia ini, dan itu karena mu.

sepupuku,

aku miris mengetahui kenyataan bahwa hubunganmu dengan istrimu sednag tidak baik ketika kau pergi. kau bahkan tidak sempat melihat kedua anakmu.

sepupuku,

kau yang tertua di antara kami. kau yang pertama dna seluruh keluarga besar kita menyayangimu. meskipun kau sempat membuat kesalahan dalam hidupmu, membuat keputusan yang salah, tapi kami tetap menyayangimu.

sepupuku,

aku berpikir, mungkin jika kau tidak mengambil keputusan yang salah, nasibmu tidak akan seperti ini. tapi itu yang namanya takdir kan? mungkin memang jalan hidupmu bisa berubah ketika kau mengambil keputusan yang berbeda, tapi ajal, sudah ditentukan, bukan?

sepupuku,

aku menyesal. maafkan aku. maafkan aku. kumohon, maafkan aku.

sepupuku,

kuikhlaskan kepergianmu. kurelakan ini semua. kudoakan agar kau tenang di sana. kudoakan keluarga kami tabah dan ikhlas atas kepergianmu.

sepupuku,

aku akan mengingat selalu hal-hal indah yang kita lalui. aku akan menghilangkan yang buruk-buruk. kelak, aku akan menceritakan semua hal baik tentang dirimu kepada anak-anakmu. aku akan mengatakan kepada keponakan-keponakanku, bahwa mereka mempunyai ayah yang sangat penyayang dan baik. karena memang seperyi itu lah dirimu.

sepupuku,

terima kasih telah memberikan warna dalam hidupku. terima kasih telah menjadi bagian dalam hidupku. terima kasih telah menjadikanku gadis kecil paling bahagia di dunia ini. terima kasih telah menjadi kakakku.

No comments:

Post a Comment