Saturday, 29 December 2012

That's Why I'm Here


Kejadiannyaj tanpa terduga. Gue memang biasa menggunakan setengah jam atau sepuluh menit terakhir untuk mencoret-coret atau menulis bait-bait di kertas buram atau lembar paling belakang lembar jawaban ujian. Hari itu, 11 Desember, gue menggunakan sepuluh menit terakhir  ujian salah satu mata kuliah gue untuk 'curhat'. Bukan curhat juga, tapi untaian kata-kata di lembar terakhir lembar jawaban. Fatalnya, gue ternyata lupa menyobek lembaran itu dari lembar ujian dan terkumpul (dan gue baru sadar sekitar 10 hari yang lalu). Gue baru sadar ketika dosen wali gue manggil gue ke ruangannya. Gue pikir beliau hanya mau bertanya soal mata kuliah yang gue ulang, tetapi tiba-tiba beliau mengeluarkan kertas--yang sebenarnya putih, hanya saja karena nampaknya itu hasil dari fotokopi kertas buram. Gue baca sedetik dan langsung tahu itu apa. Iru "curhatan" gue. Astaga. Jadi dosen mata kuliah ybs memfotokopi kertas itu dan kasih ke dosen wali gue, "coba diajak ngobrol, siapa tau dia ada masalah". Dan dosen wali gue berkali-kali mempertanyakan gue ada masalah apa dan gue berkali-kali jawab saya ga ada masalah apa-apa. Ya memang ga ada masalah apa-apa. Gue bingung masalah apa. Satu-satunya masalah gue yang bener-bener ngeganjel saat itu adalah sama seseorang di himpunan, yang membuat gue agak males ke himpunan. Well, gue harus cepet-cepet memanage perasaan gue dan emosi gue, dan harus profesional. Gimana pun, gue bakal kerja bareng dia (ya angkatan dia dan gue akan kerja bareng kan? gue dan dia juga kan?) dan gue tetep harus memprioritaskan himpunan dibanding rasa sebel gue. Oke, balik lagi ke urusan awal. Gue keluar ruangan dosen wali gue dengan bingung, dan menemukan tulisan dengan tinta merah di kertas lembar jawaban ujian gue "discuss with your dosen wali: tepat di bawah "curhatan gue. Gue bahkan baru sadar.

Ini kira-kira isi tulisan gue.


Sometimes I wonder why I’m here at this Institut of Technology
Why I have to understand all of those formulas
Why I have to re-write what tose scientist write
I mean, that was a story, right?
Why don’t we just use it without too many asking?
Sometimes, there’s a dark side in my self tell me to
get out from this Institut and follow my dream
to be a writer—novelist
I want every full-day to think and write my inspiration into
writings without being disturbed by lessons, formulas, tasks and exams
But, an angel comes again and again, brighten my heart
Angel that used to be by my self two years ago
He whispered, “don’t you remember that?”
Yes, I do
I remember my decision two years ago to follow my dream to be a writer
and go to this Institut for follow my needs and my passion to be here,
in Astronomy Major
to know more about Astronomy
to make me rich of kbnowledge
to learn, learn and learn
to make my self better
to build a story
to make a foundation to make my dreams come true
and everytime i’m at this subject (Practical Astronomy),
I know why I’m here

I’m going to be a writer—novelist—
Journalist, also an astronom
I will write  about many things and also about astronomy
And what about the others dream?
By knowing so many people here, I know how they are
My pshycologist skills are getting increase

That’s why I’m here


Friday, 14 December 2012

Pertama Kali Nginep di Himpunan

Sabtu malam makrab. Sehari sebelumnya gue ragu mau dateng apa engga. Karena ya, mau belajar. Timingnya ga pas. Tapi gue lagi butuh temen-temen banget. Temen-temen bisa buat mood gue jadi lebih baik, buat gue ngerasa ga sendiri. Akhirnya gue memutuskan buat dateng. Daaannn tepat sorenya gue galau. Bukan galau mau dateng apa engga, tapi galau gara-gara seseorang dan karena galau jadi males ke mana-mana. Galau klimaks. Saking galaunya, gue ga bisa ngerespon apa-apa, bahkan ga cerita apa-apa. Gue cuma sms mpok "mpok gue galau, sekian. selamat belajar." Datar sekali ya. Dan entah bagaimana gue akhirnya jadi dateng makrab helios.

Gue dateng dalam keadaan bingung mau ngapain. Saking galaunya. Trus ada games. Trus nonton video. Trus kita semua bareng-bareng aaaa {{}}. Karaokean. Dan si Naenda tau-tau milih lagu Inginku, Bukan Hanya Jadi Temanmu dan gue tertegun (cailah). Satu persatu (ga satu persatu sih, karena berdua-bertiga) pada pulang. Si zeni ga rela gitu gue masih di himpunan. Gue masih pengen main sih -__- Ntar aja pulangnya. Ternyata setelah pulang zeni sms, "mer, kenapa ga mau pulang bareng? kan zeni mau tau meri galau kenapa" Dasar ya zeni, demen gosip juga -_-

Trus lanjut nonton horror. Kiki takut ternyata -_- Dia keluar, ke anjungan. Alesannya mau mendekatkan diri ke Tuhan. Gue ga tahan. Gue keluar, nyamperin kiki. Gue cerita gimana perasaan gue, dan kiki cerita juga (nah loh kenapa ambigu ya. bukan kok, bukan saling menyatakan perasaan). Intinya mah kita curhat. Dan gue jadi tau kalau cinta memang bisa membuat seseorang menjadi lebih dewasa, menjadi berbeda. Cinta bisa merubah seseorang. Gue melihat hal itu lagi di Kiki.

Sunday, 2 December 2012

Petualangan Mencari Devi

Kisah ini--well, bisakah ini disebut kisah?--terjadi di sabtu malam (menghormati yang jomblo, termasuk gue hwahaha). Ceritanya gue, Devi, Dhita, Naenda, Jabbar betah di sekre sampe malem. Bahar juga main di sekre sih, tapi puoang duluan sekitar sebelum maghrib selesai nganterin gue ke kosan dan balik lagi ke sekre (thanks Bahar). Oiya di sekre ada Ka Arif sama Ka Listya juga. Biasalah ya, pacaran, bikin ngiri -.- Okay, enough then. Lanjut ke ceritanya.

Malam itu, jam 10. Devi ga sabar ingin pulang, harus telponan sama Diego, pacarnya. Susah ya LDR, mesti telponan tiap malam. Balik lagi deh. Jadi Depi udah siap-siap, udah berdiri depan pintu sekre. Gue masih tepar di lantai sekre himpunan, berselimutkan jahim gue --salah deng, jahim pinjeman ka Daniel. Dhita masih mohon-mohon gue atau Depi nginep di kosan dia. Jabbar, masih betah karena jujur dia bingung, masa sekre mau ditinggal tanpa berpenghuni. Naenda? Ya jelas dia ngikutin Dhita lah. Namanya juga lagi di mabuk asmara yakan.

"Depi mana?" Dhita mulai panik. "Ada tuh, coba aja 'Deeep'," gue manggil Depi dan dia nongol dari deket toren. 'Bentar dep," kata gue masih ngantuk. Sejujurnya udah pewe banget di sekre, pengen sekalian nginep di sekre. Tapi Depi harus pulang, daripada Diego ngambek ga bisa telponan (mereka telponan harus di kosan Depi).

Selesai gue, Dhita, Naenda, Jabbar beres-beres, kita keluar sekre. Dhita panik lagi, nyariin Depi. Gue tetep selow, karena gue mikir paling Depi udah loncat duluan ke balkon. Jabbar masih megang kunci, bingung mau diapain. Gue telpon ka Listya ga diangkat. Masalahnya, ka Listya sama ka Arif bakal balik ke sekre tapi gatau kapan. Dan sekre ga mungkin kita kunci trus pergi, atau ga mungkin Jabbar ditinggal sendirian di sekre. Okay, poin ini gue rada bingung sih sebenernya. Jadi, Jabbar takut gara-gara tadi kita nonton "Grave Encounters"? Biarlah hanya Jabbar yang tau.

Daaan Depi ga ada di balkon. Gue positif thinking dia di WC. Naenda nyari ke WC dan ga ada. Naenda turun duluan (plis ya kami di lantai 4 gedung). Jabbar mengawal di belakang gue dan Dhita. Gue mulai mikir, Depi ilang? Mirip film yang kita tonton tadi. Awalnya ada temen yang ilang gitu. Di lantai 2 (kita masih nurunin tangga) gue menyuarakan pemikiran gue. Dhita panik. Jabbar? Ketawa -_- Astaga bar kamu mah ketawa mulu -__-"

"Eh Naenda mana?" gue sengaja sih mau nakut-nakutin Dhita (sori dhit ._.v) hahaha. Dhita panik, dan emang kita ga ngeliat Naenda di mana. Tapi dua menit kemuadian kita liat Naenda. Di belakang gue sama Dhita, Jabbar masih yang kayak ketawa gitu hngg -__-

Kita ke ttamah batu TI. Semua sibuk nelpon (kecuali Jabbar, yang entah bagaimana sepertinya sedang berimanjinasi). Gue nelponin Depi bpake hp Jabbar (hp gue abis pulsanya hehe) dan Naenda juga nelponin Depi. Dhita juga, tapi sambil nelpon ka Listya. Ga diangkat-angkat. Gue takut Depi kenapa-kenapa, atau malah ketiduran di gedung. Tapi pikiran gue bercabang. Gue mikirin sekre yang belum dikunci.

"Bar mending kamu ngunci sekre dulu deh. Kita ke atas bareng tapi kamu aja yang ke sekre." Gue usul gitu, tapi Dhita ga mau. Dia bilang gamau ke atas. Mau di bawah aja berdua gue. Ya kali. Banyak pohon Dhit. Mbah-mbah banyak di sana. Dhita ngeles, kalo ada apa-apa kan bisa langsung teriak dan lari. Dan gue ngeles, kalo setannya banyak, sama aja kekepung kita dan kita cuma berdua.

Dhita mulai mikir macem-macem soal "Grave Encounters 2" di mana dia ngayal Depi masih tertinggal di gedung dan kita masuk lagi, berpetualang. Jabbar? Lebih aneh lagi. Dia ngayal kita kembali ke sembilan tahun yang lalu tepat pas kita mulai masuk gedung itu lagi nanti. nOh, dia jugta ngayal tentang "Silent Hill", di mana kehidupan hanya kita berempat. 

Masih berdebat. Masih panik. Kita takut Depi ketiduran. Atau diculik (gue sih ga mikir Depi diculik, yakali -___- lupa gue siapa yang ngira Depi  diculik). Gue ngotot pengen ke atas. Pengen ngecek lagi siapa tau ada Depi di lantai berapa gitu ketiduran. Trus sekaliaj ngunci sekre.

"Ga ada mer ga adaaaaa," Naenda keukeuh. "Aku udah ngecek tiap lantai dan juga ga ada yang nyaut juga."

"Ya coba dulu aja kita semua ke atas. Mana tau ada Depi di atas kan. Aku takut dia ketinggalan." Gue masih pengen ke atas.

"Huwaaaa kalo beneran ada Depi di atas aku kabur Mer." Sumpah gue kaget denger Naenda teriak heboh. Kaget juga Dhita ikutan heboh. Masih ga nyambung gue.

"Aku udah ngecek mer, kalo sampe pas kita ke atas dan ada dia, ya aku kabur. Dari mana munculnya coba." OOh bener. Gue sekarang ngerti pemikiran Dhita dan Naenda.

Lamaaaa banget kita di taman batu TI. Malah gelap. Pikiran jadi pada macem-macem. Seebenernya ga akan gini sih kalo aja kita ga nonton film horror sebelumnya.

"Eh itu ada MENWA," kata Dhita.

Entah gimana, akhirnya jadi pada pengten minta bantuan menwa -_- gue sama dhita ke sekre menwa. "Kamu ga malu mer? aku malu."

'Aku malu sih, tapi sementara uratnya lagi kebal." Gue ngetok-ngetok pintu menwa yang kaca dan gue bisa liat satu orang lagi (mau) tidur dan satu lagi lagi (ngapain yah? gue lupa). Mukanya jutek, dari dalem nanya, "kenapa?" Gue cuma diem, nunggu dia bangkit dan keluar.

"Kak, bisa temenin ke atas ga?" dengan tanpa berdosa gue bilang gitu. Dia masuk lagi dan make jaket. Temennya nanya dia mau ke mana, ada apa. Dan dia cuma jawab gatau ke temennya. "yang cowoknya mana?" "Ada kok, itu. " Gue nunjuk Naenda dan Jabbar yang masih di taman batu TI.

Rame-rame, kita ke atas. Sepanjang perjalanan ke atas, si kaka menwa sibuk cerita (bisa ga sih dibilang cerita? ah, teuing) tentang betapa seringnya dia mandi di lantai 4. Ya intinya sih dia mau bilang di gedung itu ga ada apa-apa, dia udah biasa mandi malem-malem di lantai 4. Jujur, gue ga tau esensi cerita dia sering mandi di situ, karena ketakutan kita toh ga hilang dan Depi ga ketemu.

Sanpai lantai 4, Jabbar sama kaka Menwa yangt ke sekre. Gue, Dhita, Naenda nunggu di balkon. Masih mikir, kira-kira Depi di mana. Asumsi kita, Depi ga akan berani pulang sendiri. Yah, mungkin sih. Tapi tetep aja. Kenapa nekat? Dan kenapa dia ninggalin gue? Kan gue harusnya bareng Depi pulangnya.

Kaka menwa dan Jabbar dateng lagi. Kaka menwa masih nanya-nanya, bingung juga kenapa temen kami bisa ilang. Daaaaaan Depi sms Dhita. Gini nih bunyinya. Gue caps lock biar jelas yak.

AKU UDAH PULANG. ANTERIN MERI PULANG AJA.

Aaaaaa Depiiii. Bikin panik. Bikin ngayal. Dan ninggalin gue pulang duluan -_____________________-
Kaka menwa mau ketawa kayaknya, atau merasa dibodohi? Gatau deh, tapi dia udah lebih ramah. Dia balik ke sekre menwa dan kita berempat merasa lega, sekaligus gemes. Depiiiii -____-""

Kita bertiga sempet ngayal (lagi). Kata Dhita, mending sih Depi sms nya tadi. coba aja Depi sms pas kita ketemu "Depi". Nah loh yang bareng kita siapa. Ya gue tambahin khayalan Dhita. Untung aja, gimana kalo pas gue sama "Depi" berdua jalan di dayang sumbi, trus Depi sms gue dia udah di kosan. Nah loh.

Naenda nganterin Dhita pulang dan Jabbar nganterin gue. Selama perjalanan ke parkiran gue sam Jabbar cerita (dan gue lupa kita cerita apa sih Bar?). tapi si Jabbar ngelarang gue nonton film horror lagi -_-" Katanya ya gara-gara efeknya sampe ke mikir macem-macem. Apaan Bar, kamu jugta halusinasi dan imajinasinya tinggi -__-"

Malam itu usai. Petualangan mencari Devi. Haha. Malam yang seru. Kisah yang seru an lucu. Dep, awas ksmu ya :3 Ga ngerti lagi lah berempat dan semuanya mikir macem-macem. Ga ngerti lagi lah sampe panggil menwa segala haha. Seruuu. Next time kita mesti nonton horror lagi di himpunan ya.

Makasih teman-teman. Makasih buat malam minggunya. Dan makasih udah anterin aku pulang.

NB: yang belum bayar uang nasi+ayam bakar, bayar besok! haha