Tuesday, 27 November 2012

Keluarga Baru, Awal yang Baru


Tepat dua tahun yang lalu, aku memutuskan untuk mengejar jurusan ini di Institut ini. Jurusan Astronomi di Institut Teknologi Bandung. Di mulai dari keinginanku, yang semula tidak didukung oleh orangtua dan sahabat-sahabatku, hanya seorang psikolog―yang kebetulan ibu dari kakak kelasku― dan pacarku―yang sekarang telah menjadi mantanku―yang mendukungku. Perlahan aku berhasil menyakinkan sahabat-sahabatku, walaupun beberapa temanku masih memandang aneh keputusanku. Dan setelah berbulan-bulan, aku berhasil menyakinkan orangtuaku. 

Perjuanganku masuk Institut ini cukup menggetarkan, dengan klimaks nyaris terjadi ‘pembakaran’ berkasku. Perjuangan melewati tahun pertama di Institut ini bahkan lebih berat. Meskipun masih belum lulus tahun pertama, aku berhasil masuk program studi astronomi.
Satu hal yang terkadang mengusikku sejak dulu. Mengapa aku ‘berbeda’? Mengapa hal-hal yang aku suka selalu saja hal yang jarang orang lain suka, contohnya astronomi. Mengapa aku seringkali menjadi minoritas? Mengapa orang selalu bingung dengan apa yang aku suka, dan sering memandangku dengan tatapan aneh saat mereka mengetahui hal-hal yang aku suka. Memang, beberapa orang memandang takjub kepadaku. 

Setelah masuk program studi astronomi, aku mulai mengenal mereka. Mereka yang bersamaku, dan mereka yang telah lebih dahulu berada di sini. Tidak semua yang berada di sini memang menginginkan berada di sini. Tidak semua sepenuhnya merasa senang berada di sini. Tapi satu hal, mereka berkumpul dalam satu keluarga yang disebut Himpunan Mahasiswa Himastron Institut Teknologi Bandung.

Aku dan teman-teman menjalani serangkaian proses kaderisasi untuk masuk ke dalam himpunan. Bukan jaket yang aku harapkan, bukan juga identitas, bukan nama. Bagiku, tanpa kaderisasi pun kami telah bersama, tiada batas. Bagaimana pun, kaderisasi tetap harus diadakan. Menurutku agar kami dikenalkan dengan himpunan dan program studi ini, agar kami disiapkan sebelum akhirnya bergabung dan berkontribusi.

Bukan, bukan kaderisasi atau apa pun yang aku tekankan di sini. Malam ini, aku menangis terisak di acara pelantikan kami menjadi anggota resmi keluarga ini. Hatiku mulai bergetar saat pertama mendengar baris pertama hymne himpunan ini dinyanyikan. Butir-butir cahaya... Aku meresapi tiap barisnya.

Aku mulai menangis saat mereka mulai menyanyikan baris, “Di dalam himastronku yang tercinta...” Air mataku mulai terjatuh. Wajahku basah oleh air mata dan hujan. Aku menegarkan diri supaya tangisku tidak semakin menjadi.

Kuresapi baris demi baris hymne himpunan ini. Pikiranku mengelana jauh. Dan semakin aku memikirkan, air mataku semakin bercucuran. Ini keluargaku, keluarga baruku. Tempat aku berkumpul, belajar, bersama mereka. Tempat aku berbagi, bercerita, berkeluhkesah, mendengarkan, dan bersama dalam suka dan duka. Aku mempunyai keluarga, dalam lingkaran astronomi yang sangat sedikit peminatnya dan yang mengenalnya. Aku menemukan tempatnya, di sini, bersama mereka. Aku tidak sendiri, aku bersama-sama mereka. Seperti kata danlap kaderisasi, kami semua bagaikan tetes-tetes air di sebuah curug, di mana kami berasal dari tempat yang berbeda-beda. Kami akan bersinggungan dan saling menghancurkan, tetapi pada akhirnya kami akan bersatu melewati pusaran air dibawah sana.
Sekali lagi, aku tidak sendiri. Aku tidak perlu merasa sendiri, karena toh aku tidak sendiri. Aku tidak perlu merasa ‘berbeda’. Aku bisa menjalani semuanya, bersama mereka. Tapi ini belum selesai. Ini baru awal. Aku masih harus menyelesaikan tahun pertamaku. Masih banyak yang harus diselesaikan, masih banyak hal yang belum dimulai. Bagaimana pun, aku yakin aku pasti bisa.

Dan malam ini, di depan lilin H* dan di bawah rintik hujan, aku menjadi bagian dari keluarga ini, Himpunan Mahasiswa Astronomi Institut Teknologi Bandung. Ini goal penantian dan perjuanganku selama dua tahun ini, tetapi ini juga awal dari sesuatu yang lebih besar.                                  

Keluarga baru, awal yang baru...